HOW LUCKY I AM!
Title :How Lucky I Am!
Author : Lani a.k.a Choi Min Hae
Rating :All ages
Cast :Super Junior, Lani
Note :ff ne aq buat karena mimpiku yg g mungkin kesampean,hiks. Jd daripada angan” itu disimpen dalam hati, lebih baik aq bagi” buat chingu semua…
D ‘antos’ komenny ya…
Nuhun
At Incheon Airport…
Akhirnya aku menjejakkan kakiku di langit Korea Selatan. Kuhirup udaranya yang terasa cukup dingin. Aduh, sepertinya aku salah waktu datang ke Negeri Ginseng ini. Seharusnya aku datang di musim semi atau musim apapun lah, yang jelas bukan di musim dingin seperti sekarang. Ah, Lani, terlanjur deh…
Kurapatkan jaketku, menahan agar udara dingin tidak menyentuh kulitku. “ Owh, benar-benar dingin deh!”
“ Iya, dingin banget! Dinginnya Lembang jauh banget, hehe,” cewek di sebelahku menjawab ucapanku. Dia Nadia, teman dudukku selama di pesawatku tadi.
Oh ya, aku Lani Arliani. Aku mojang Kota Kembang yang nekat pergi sendiri untuk jalan-jalan ke kota yang sangaaaat jauh dari kampung halamanku itu, Seoul. Ehm, sebenarnya sih nggak sendiri juga, soalnya dari Indonesia aku ikut tour travel. Kebayang dong kalo beneran sendirian, pergi ke negeri antah berantah, bisa-bisa kesasar trus nggak bisa balik ke Bandung dan ketemu lagi sama abi dan umi.
Dan Nadia ini teman mendadakku, karena kami sama-sama berasal dari Bandung. Tapi bedanya, dia pergi bersama kedua sahabatnya. Dalam waktu yang terbilang singkat, kami cepat akrab. Mungkin karena usia kami yang hanya berbeda setahun. Nadia dan kedua temannya masih kuliah dan sekarang mereka sedang menikmati liburan panjang.
“ Wah, Seoul di malam hari indah banget ya! Eh liat, itu Sungai Han bukan sih? Yang sering muncul di dorama-dorama?” Silmi, teman Nadia, menunjuk-nunjuk sungai besar di samping kanan mini bis travel yang sedang kami tumpangi menuju hotel.
Dengan antusias, nggak beda jauh kayak anak TK, kami mengikuti arah yang ditunjukkan Silmi tadi dan menempelkan kedua telapak tangan di kaca bis. Bertepatan dengan pancaran air mancur warna-warni dari Jembatan Banpo di atasnya, mata kami memandang takjub. Indah sekali.
“ Aduh, jadi inget Suju sama SNSD waktu nyanyiin Seoul,” ujarku tiba-tiba.
Yang lain menoleh padaku.
“ Wah, jadi teteh ELF ya? Kami juga sama! Haha, kayaknya kita memang berjodoh deh…” celetuk Aulia.
“ Eh, eh, kayaknya waktu bikin MV Seoul, posisi mereka disana kali ya?” tunjuk Nadia.
“ Besok kita wajib foto disana, setuju nggak kalian?!” tanyaku sambil menatap teman-teman baruku satu persatu.
“ SETUJU!!” jawab mereka serempak.
Kami tertawa riuh. Rombongan lain yang bersama kami hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah kami yang begitu ribut sedari turun dari pesawat tadi. Maklum, di tour kali ini, cuma kami berempat yang bisa dibilang masih muda,hehe…
Tidak kami rasakan dinginnya malam Seoul karena kebersamaan kami ini.
***
Dua, empat, enam hari…
Ini hari terakhirku di Seoul. Aih, sungguh sedih kalo mengingat hari ini petualanganku di salah satu Macan Asia harus berakhir. Tak hanya aku, Nadia juga Silmi dan Aulia pun merasa sedih. Buktinya, dari bangun tidur tadi mereka terlihat lemas. Entah hilang kemana semangat mereka yang semalam waktu bercerita ngalor-ngidul sepulang dari Namsan Tower.
Siang ini, rombongan tour sedang berjalan-jalan untuk terakhir kalinya, dan pulangnya langsung menuju bandara, bukan ke hotel. Pemandu kami menyarankan agar kali ini kami cukup berjalan kaki, tidak menggunakan mini bis seperti biasanya. Karena mini bis sekarang sedang dipakai untuk membawa barang-barang bawaan kami yang nantinya akan dibawa pulang ke Indonesia.
Diperjalanan ini aku berjalan paling belakang. Penjelasan pemandu terdengar sangat kecil di telingaku. Benar-benar tidak ingin pulang sekarang. Rasanya belum kenyang menikmati keindahan kota ini.
Rombonganku berhenti sejenak di depan sebuah gedung bertingkat yang sangat tinggi. Pemandu menjelaskan, rencananya, di sekitar sini kami akan di jemput mini bis untuk kembali ke bandara. Dan pemandu mulai mengabsen kami satu persatu, mungkin takut ada salah satu dari kami yang tertinggal.
“ Lani Arliani?”
Samar-samar kudengar suara berat dari pemandu kami yang Korean asli. Aku mengangkat tanganku cepat, “ Aya, Aa!” teriakku dengan logat Sunda yang kental.
Nadia, Silmi, dan Aulia cekikikan mendengar jawabanku. “ Dasar teteh, bisa aja becandanya! Mana dia ngerti, secara oppa yang itu kan cuma ngerti Bahasa Indonesia doang, nggak plus-plus Sunda,hihihi”
Aku hanya tersenyum. Barusan hanya sekedar menghibur Nadia dkk yang keliatan cemberut terus. Dan ternyata berhasil. Cuma masalahnya, siapa yang mau menghiburku?
Dengan malas-malasan aku memperhatikan keadaan di sekitarku. Nengok kiri, nengok kanan. Wah, lumayan, ternyata pemandangan di sekeliling bisa menghiburku juga. Para laki-laki di Seoul ini lumayan juga. Ganteng-ganteng. Boleh nih kenalan sama satu orang aja, siapa tau bisa ngegantiin posisi kosong di hatiku sehabis putus dari Riman.
Aduh, kugelengkan kepala untuk menghilangkan pikiran genit plus aneh tadi.
Mataku kembali memperhatikan sekitar. Kini pandanganku terhenti pada gedung tinggi yang ada di depanku. Dan saat itu pula mataku nyaris melotot saat melihat nama gedung itu.
STAR MUSEUM
Star Museum, SM?
Bukannya ini agensi tempat bernaung Super Junior dan boyband serta girlband papan atas korea? SM Entertainment?
Hatiku membuncah gembira. Apa Suju sedang ada disini?
Aku menoleh ke arah Nadia dkk untuk memberitahu, tapi kemudian aku melongo. Perasaan gembira tadi tergantikan oleh perasaan khawatir yang sangat. Kemana mereka? Kok aku ditinggal sendiri?
Dengan kalut kutengokkan kepalaku ke segala arah untuk mencari mereka. Dan hatiku kembali tenang. Ternyata mereka masih ada di seberang jalan dari tempatku berdiri.
Kulangkahkan kaki untuk menyebrang dan menyusul mereka, tapi tiba-tiba…
TIN! TIN! TIN!
CKIIIIIT…..
Terdengar suara klakson yang sangat kencang kemudian sebuah mobil berhenti tepat di hadapanku. Nyaris menyentuh kakiku. Aku yang terkejut tidak dapat menggerakkan tubuhku seujung jaripun. Gimana nggak, aku hampir saja tertabrak. Lebih parahnya lagi, ini di negeri orang. Kalo aku kenapa-napa, bagaimana dengan ortuku?
Setelah tersadar dari keterkejutanku, aku malah terduduk lemas di jalanan, di depan mobil itu. Kejadian barusan benar-benar berhasil menguras seluruh tenagaku, membuatku lemas. Perlahan kutatap kedua telapak tanganku. Sungguh pucat.
Seorang laki-laki tinggi keluar dari kursi pengemudi dan menghampiriku. Tangannya mengguncang bahuku agak keras, “ Gwaenchanayo?” tanyanya dengan nada khawatir.
Aku mengangguk lemah, lalu kutengadahkan wajahku untuk menatapnya. Hari ini, untuk kesekian kalinya, aku kembali terkejut. Wajah ini sangat kukenal.
“ Do… Dong…”
Tidak kuselesaikan uacapanku karena kurasakan kepalaku berputar. Tatapanku mengabur. Pusing sekali.
***
“ Dia pingsannya lama banget”
Kudengar seorang cowok berbicara dalam bahasa korea, lalu samar-samar kurasakan bau minyak kayu putihku memenuhi indra penciumanku. Kubuka mataku dan kutatap langit-langit ruangan yang asing bagiku.
“ Hyung, dia sadar!”
Cowok tadi kembali bicara. Beberapa cowok yang berada agak jauh dariku tergesa-gesa mendekatiku. Dan mataku melotot selebar-lebarnya karena melihat mereka semua yang kini mengerubungiku.
Kim Ryeowook, dia duduk disisiku sambil memegang botol minyak kayu putihku. Mungkin daritadi dia yang sudah berusaha membuatku siuman. Di samping cowok polos ini, lalu di disampingnya, dan disampingnya lagi! Ya Allah, aku ingin pingsan lagi!!
Kulihat Lee Donghae (Oh My God, dia idolaku!), Choi Siwon, Cho Kyuhyun, Park Jungsoo, dan Shin Donghee mengelilingiku.
“ Hi, can you speak English?”, seorang Choi siwon maju dan membantuku untuk duduk.
“ Eh? Yeah, I can” jawabku dengan gugup. Lalu ku tarik nafas dalam-dalam untuk membuat hatiku sedikit lebih tenang, lalu kulanjutkan,” tapi aku juga bisa bicara Hangeul, sedikit,” ucapku dalam Hangeul. Telunjuk dan ibu jariku membentuk huruf ‘U’ dimiringkan. Sebelum datang ke Seoul, aku ikut les Hangeul selama setengah tahun.
Shindong menyerahkan tasku yang sedari tadi dipeluk tubuh besarnya, “ Maaf kami lancang, tapi tadi kami sudah menggeledah tas anda. Kami ingin menghubungi keluarga anda, tapi ternyata anda adalah seorang turis”
Mendengar kata ‘keluarga’, mampu mengalihkan keterpesonaanku dari para member tampan di dekatku. Aduh, aku kan harus pulang ke Indonesia sekarang. Kulirik jam tanganku dan seketika itu juga aku berteriak dengan bahasa Indonesia,” Hah, JAM 3?!”
Ryeowook yang berada di dekatku terkejut dan refleks memegang erat lenganku, “ Waeyo? Ada apa?”
“ Berapa lama aku pingsan?” tanyaku.
“ Sekitar satu jam,” jawab sang leader dengan nada yang tenang.
Dengan panik, kuaduk-aduk tasku, mencari ponselku yang… mati. Oh ya, tadi pagi aku lupa mencharge’nya. Tanpa mengacuhkan cowok-cowok yang menatapku heran, aku beranjak dan agak berlari mendekati jendela. Ternyata aku ada di dalam gedung SM. Dari atas sini aku dapat melihat tempat aku hampir tertabrak tadi. Ya ampun, mini bisnya tidak ada.
Tubuhku merosot di pinggir jendela itu. Apa pesawatnya sudah lepas landas? Kalau iya, bagaimana cara aku pulang ke Indonesia? Mataku berkaca-kaca mengingat aku tidak bisa pulang.
“ Kamu kenapa?”
Mereka berenam sudah berjongkok di hadapanku.
“ Aku, aku, aku mau pulang,” jawabku hampir menangis.
“ Geurae. Aku antar kamu pulang ke hotel, sebagai permintaan maaf karena nyaris menabrakmu tadi,” Donghae menarik tanganku untuk berdiri. Raut wajahnya terlihat khawatir. Tapi aku bergeming.
“ Apa jarak dari sini ke bandara jauh? Soalnya hari ini aku harus pulang ke Indonesia, sore ini juga. Kalian bisa mengantarku kesana? Aku takut kesasar. Jebal…,” mohonku pada mereka.
“ Baiklah. Kajja! Siwon, kali ini kau saja yang nyetir. Kita antar agashi ini dengan cepat, kasian kalo dia sampai ketinggalan pesawatnya.”
“ Ne, hyung…” Siwon mengambil kunci mobil yang diserahkan oleh Leeteuk.
Akhirnya kami berempat, minus Ryeowook, Shindong dan Kyuhyun pergi ke bandara. Di perjalanan, kami tidak banyak bicara. Siwon konsentrasi menyetir, sedangkan Donghae dan Leeteuk terdiam di kursi belakang. Rasanya aneh sekali. Aku tidak suka keheningan, jadi kuputuskan saja untuk mengajak mereka mengobrol.
“ Oppadeul, gamsahamnida. Padahal kalian ini orang sibuk, tapi masih mau membantuku untuk pergi ke bandara. Cheongmal gomawo,” ujarku.
“ Haha, tidak usah sungkan gitu. Lagipula ini kesalahan dongsaengku, kami hanya ingin meminta maaf dengan cara ini,” Leeteuk menjelaskan.
“ Yak, Hyung! Ini juga salahmu tau! Kan hyung yang tadi menyuruhku untuk mengemudikan mobil itu, sudah kubilang aku tidak terlalu bisa menyetir,” Donghae sewot mendengar perkataan hyung tertuanya itu.
“ Yak! Yak! Hyung ini berisik sekali. Nggak malu berisik di depan perempuan?” Siwon ikut menimpali hyung-hyungnya yang sedang ribut.
Aku tertawa melihatnya. Senang rasanya melihat 3 member suju yang berisik sedang ‘live’ di depan mataku. Kekhawatiranku yang tidak bisa pulang sedikit berkurang. Aku terhibur melihat mereka. “ Mianhamnida, sebenarnya aku yang salah. Aku menyebrang tidak lihat peringatan, padahal kan waktu itu rambu pejalan kaki berwarna merah. Aku minta maaf ya, Donghae oppa!”
“ Wah, wah, kalian lihat? Dia mengenalku!” Donghae bersorak polos.
Leeteuk yang ada di sebelahnya menepuk kepalanya keras. Aku saja sampai menutup mataku, tidak tega melihat pujaanku dipukul seperti itu.
“ Auw! Hyung!” Donghae mengusap kepalanya yang sakit.
“ Ya jelaslah dia kenal padamu. Seluruh dunia mengenal kita tahu!” Leeteuk berujar narsis.
Di depan kemudi, Siwon mencibir. “ Hyung kepedean nih!”
Tangan Leeteuk terangkat dan ingin memukul kepala Siwon, namun niatnya itu diurungkannya kembali saat melihat tatapan Siwon yang tajam dari kaca spion depan. Akhirnya sang angel without wing hanya bisa nyengir lebar, memperlihatkan deretan giginya yang putih bersih.
“ Oh ya, seogehagi, Lani imnida,” ucapku memperkenalkan diri.
***
“ Terima kasih sudah banyak membantu. Mohon hubungi saya jika urusannya sudah selesai. Dan sekali lagi saya minta maaf karena merepotkan”
Aku membungkukkan badan ke arah pemanduku. Sesampainya di bandara tadi aku benar-benar ditinggalkan pesawat. Aku langsung menangis sejadi-jadinya, membuat 3 laki-laki yang mengantarku menjadi kalut dan bingung harus berbuat apa. Daripada tingkahku menarik perhatian sekitar dan mengakibatkan ‘keberadaan’ mereka diketahui, akhirnya Siwon dan Leeteuk sedikit menyeretku kembali ke dalam mobil.
“ Sst, udah dong Lani-ssi, berhenti nangisnya. Kita kan jadi nggak enak nih!” Donghae tidak berhenti mengguncangkan lenganku. Kalau dalam keadaan normal, mungkin aku akan merasa senang dan melayang jika seorang Lee Donghae bisa sedekat ini denganku. Tapi sekarang aku sedang meratapi nasibku yang tidak bisa pulang ke Tanah Air. Abi, Umi, aku pengen pulang!
“ Bagaimana kalau kita pergi ke travel agenmu saja, Lani-ssi? Siapa tau penerbangan untukmu diundurkan?” usul Siwon yang duduk di belakang kemudi, memberikanku secercah harapan.
Kuhapus air mataku dengan lengan sweater yang sedang kugunakan. Donghae dan Leeteuk menghela nafas lega melihatku yang berhenti menangis. Mobil dinyalakan kembali dan Siwon mengemudikannya menuju alamat yang tertera pada kartu nama yang sebelumnya sudah kuberikan.
Sesampainya di travel agen, aku dimarahi habis-habisan oleh pemanduku. Tapi setelah kujelaskan alasanku menghilang, barulah dia melunak. Dan dia berjanji padaku untuk mengurus kepulanganku yang membutuhkan waktu beberapa hari.
“ Otteohke?” tanya Donghae yang menyembulkan wajahnya dari jendela mobil saat aku keluar dari gedung bertingkat dua ini.
“ Katanya mereka akan mengurusi kepulanganku. Oppadeul, gamsahamnida sudah membantuku hari ini. Sungguh kebanggaan yang nggak terkira aku bisa mengenal kalian, mega boyband dunia, hehe. Gomawo Donghae oppa yang manis, Siwon oppa yang selalu bisa bikin aku tenang, dan Teukie oppa yang sangat menyenangkan. Oh ya, aku titip salam buat oppadeul yang lain, terutama Ryeowook-ssi yang udah bantu aku siuman. Sekali lagi, gamsahamnida. Mulai sekarang, aku akan mengurus sisa ‘liburanku’ dengan baik, anyeonghasaeyo” ucapku panjang lebar.
Tidak lupa kubungkukkan badanku sebagai tanda hormat, sekaligus tanda perpisahanku untuk mereka. Baru kusadari kalo aku belum menyapa mereka sebagai… fans. Padahal dari Bandung dulu, aku berangan-angan jika datang ke Seoul dan bisa bertemu dengan boyband yang kugandrungi ini, aku ingin meminta tanda tangan membernya dan berfoto bersama. Biarlah, itu semua sekarang udah nggak penting lagi, toh aku malah mendapatkan sesuatu yang lebih berharga.
“ Anyeong, Lani-ssi. Hati-hati ya!”
Aku mengangguk lalu memutar tubuhku menjauhi mobil. Saat kulihat ada sebuah gang yang lumayan kecil juga sepi, kubelokkan langkahku dan berhenti disana. Kujatuhkan diriku untuk duduk. Kukeluarkan dompetku dari tas untuk kulihat isinya. Hanya tersisa beberapa puluh ribu won. Aduh, bagaimana kehidupanku disini selanjutnya? Mana belum tentu kapan aku bisa pulang.
Oke, untuk makan mungkin aku bisa sedikit berpuasa, tapi dengan tempat berteduh? Yang bisa sekedar menghangatkanku dari suhu sedingin ini, aku harus tidur dimana?
Memikirkannya membuatku ingin menangis kembali. Kutelungkupkan wajahku diantara kedua kakiku yang kutekuk.
Lama aku menangis tanpa suara hingga kurasakan kehadiran seseorang didepanku. Tiba-tiba aku merasa takut. Dengan cepat aku beringsut ke samping lalu mengangkat wajahku.
“ Haish, oppa mengagetkanku saja! Kukira pencuri…”
Ternyata Donghae. Wajahnya terlihat cemberut mendengar ucapanku,” Enak aja kalo ngomong! Eh, kok kamu nangis lagi sih? Ngomong-ngomong sekarang kamu mau menginap dimana? Biar kami antar, sudah gelap.”
“ Hm, Donghae oppa, aku mau nanya. Tau penginapan yang paling murah nggak? Uangku tinggal segini nih!” kuserahkan dompetku padanya.
“ Mwo? Uangmu dikit banget,” ujarnya tidak percaya.
Aku mengangguk,” Ne, itu sisa beli oleh-oleh, masih mending tidak habis…”
“ Kajja!”
Tiba-tiba dia menarik tanganku agar berdiri. Lalu diambilnya koper dan tasku untuk dibawanya pergi. Dengan patuh aku hanya mengikutinya.
***
Tujuh pasang mata itu sedang menatapku.
Sedangkan kini aku sedang duduk diapit oleh Donghae dan Leeteuk. Di mobil tadi, Leeteuk memutuskan untuk bertanggung jawab hingga waktu kepulanganku ditetapkan. Awalnya aku menolak, tapi berkali-kali dia memberikan alasan dia mengambil sikap seperti itu. Lagi-lagi sebagai permintaan maaf. Kemudian aku menerima bantuannya. Namun tidak sampai limat menit, aku kembali menolak dengan keras. Masalahnya mereka mengajakku tinggal di dorm mereka untuk sementara. Oh no, perawan masuk sarang penyamun!
Tapi akhirnya aku menyerah juga setelah Leeteuk berjanji untuk menjagaku dari semua kemungkinan jelek yang akan terjadi. Lagipula, tidak mungkin juga kan dongsaeng-dongsaengnya bertingkah yang aneh-aneh terhadapku? Dasar Lani, aneh banget sih pikiranmu!
“ Dia akan tinggal bersamaku di lantai 12, kalau disini aku nggak yakin kalian bisa menjaganya dengan baik. Bisa-bisa Lani-ssi pulang ke Indonesia tinggal nama,” jelas Leeteuk yang langsung memancing protes dari dongsaeng-dongsaengnya yang tinggal di lantai 11.
“ Yak! Hyung pikir kita akan berbuat apa? Awas, jangan mau Lani-ssi, ntar malem-malem Teukie hyung grepein kamu tuh!” Yesung sewot.
“ Ish, ada juga Yesung hyung kan yang suka maen grepe-grepe?” Donghae membela hyung tersayangnya itu.
Yesung manyun. Ryeowook yang ada disampingnya langsung menepuk-nepuk punggungnya untuk menghibur.
“ Aku sih oke-oke aja, tapi fishy’ku turunin kesini ya, temenin aku bobo, hehe…”ucap Eunhyuk yang membuat Donghae’ku’ beringsut mendekat lalu memeluknya. Waduh, ikan sama monyet jangan pelukan di depanku dong! Aku kan jadi cemburu nih!
***
Pukul 06.00…
Perlahan kubuka mataku dan menatapi ruangan asing di sekelilingku. Aku bangun lalu duduk di pinggiran tempat tidur. Semalam diputuskan agar aku tidur di kamar Lee Donghae. Rasanya bagai mimpi di siang bolong. Aku masih tidak percaya bisa bertemu dan mengenal dekat para member Super Junior yang selalu kuidolakan selama 2 tahun terakhir ini. Bahkan aku diperkenankan untuk tinggal di tempat peristirahatan mereka. Istana mereka. How lucky I am!
Kulangkahkan kakiku keluar kamar dan mendapati dorm ini cukup sepi, mungkin masih pada tidur. Aku beranjak ke kamar mandi untuk mencuci mukaku.
Setengah jam berlalu, tapi tidak kurasakan tanda-tanda seseorang akan keluar dari kamar mereka. Bosan menonton tv yang pagi ini hanya menampilkan berita, kuputuskan untuk berjalan-jalan ke lantai bawah.
Sekarang aku berada di depan pintu dorm Suju di lantai 11. Ragu-ragu kutekan belnya. Samar-samar kudengar seseorang berteriak menyahut dari dalam.
Wajah polos Ryeowook menyembul dari pintu yang dibuka sedikit, “ Eh, noona, kirain ada siapa yang pagi-pagi udah dateng. Masuk, masuk!” ajaknya mempersilakanku masuk.
“ Mianhaeyo mengganggu, Ryeowook-ssi. Tapi di atas aku bosan, serasa di kamar mayat aja, sepi banget!” gurauku.
“ Ah, Lani noona bisa aja. Hyungdeul di atas emang zombie semua, hehe. Aniyo, noona nggak ganggu kok, malah aku seneng. Noona mau kan bantuin aku masakin sarapan?”, pintanya.
“ Ahaha, geurae, dengan senang hati. Daripada nggak ada kerjaan”
Maka sibuklah kami berdua pagi ini di dapur. Ternyata seorang cowok seperti Ryeowook ini cekatan sekali jika berda di dapur. Dimataku dia seperti Chef professional. Dan makanan buatannya, hm… patut diacungi jempol. Neomu masitda!
“ Aduh, kalian berdua ini lagi masak atau berantem sih? Berisik banget!”, suara Kyuhyun mengganggu keasikanku bersama Ryeowook. Rambut keritingnya masih terlihat acak-acakan dan ditangannya tergenggam sebuah PSP. Ya ampun, dasar gamer!
“ Kya… Wookie! Kamu memasak dengan Lani-ssi kenapa nggak bangunin aku sih?” Kulihat Sungmin berdiri di samping kulkas memasang tampang cemberut. Lucu sekali melihat cowok satu ini manyun. Ingin sekali aku mencubit pipi chubbynya, dia seperti boneka saja. Pantas saja terkadang dia berhasil mengalihkan Kyuhyun dari dunia gamenya.
“ Mian, hyung. Dikira nggak bakal mau masak, hehe”
Aku melepaskan celemek pink milik Sungmin yang sedang kupakai, “ Aku ke atas dulu ya, mau bangunin Teuki oppa, Chullie oppa, dan Shindong oppa buat sarapan.”
“ Ne”
Aku kembali ke dormnya Leeteuk cs dan mendapati dorm itu lagi-lagi masih sepi. Lho? Ternyata benar juga yang sering dikatakan teman-temanku sesama Elf, dorm 12 ini tempatnya tukang tidur. Sekarang udah jam 8 tapi mereka masih asik di kamar mereka.
“ Teuki oppa, Chullie oppa, Ireona! Sarapan udah siap di bawah,” kuketuk pintu kamar yang dipakai tidur oleh Leeteuk dan Heechul.
“ Ye, aku udah bangun”, jawab Heechul dari dalam kamar.
Kuputar tubuhku dan berjalan mendekati kamar Shindong yang ada di pojok dorm, “ Shindong oppa, sarapan sudah habis,” teriakku sedikit menjahili ‘Bernard bear’ yang lagi berhibernasi di dalam sana.
GEDEBUG!!
Ups, suara apaan tuh?
Drap, drap, drap!
Aduh, gempa!!
Kayaknya tadi Shindong terjatuh dan sekarang sedang berlari menuju pintu, “ Cheongmal?” tanyanya saat membuka pintu. Kuanggukkan kepalaku. “Andwae!” teriaknya membuat kupingku berdengung saking kencangnya.
“ Hahaha, oppa tertipu. Aku cuma bercanda. Mian,” cepat-cepat aku berlari meninggalkannya, takut digencet. “ Kita lomba aja ke bawah, yang terakhir nggak dapet jatah!”
“ Yak, Neo! Chakkaman, kau curang sekali!”
Tanpa mencuci mukanya, Shindong berlari mengejarku ke lantai 11.
***
“ Twinkle twinkle little star, japgien teugeoun geunyeoga…”
Handphone yang sedang kucharge di pojok ruangan berdering nyaring menyanyikan boom-boom milik Suju. Aku yang sedang bermain monopoli bersama Donghae dan Yesung cepat-cepat berlari meraih handphoneku. Kulihat layar LCDnya. Nomer dari Indonesia. Langsung kuterima panggilan itu.
“ Teh Lani, masih di Seoul?”
Ternyata Nadia. Katanya saat aku hilang dia terus berusaha menghubungiku, tapi gagal karena nomer koreaku tidak aktif. Dia begitu khawatir. Setelah kujelaskan bahwa aku baik-baik saja dan akan menyusul pulang ke Indonesia, Nadia baru merasa tenang lalu menutup panggilan ini. Kami berjanji untuk bertemu sepulang aku dari Seoul. Tunggu aja Nad, kuberi kamu kejutan, hehe…
Setelah kututup teleponku, aku kembali menghampiri Donghae dan Yesung untuk meneruskan bermain monopoli yang sempat terhenti. “ Ayo oppa, kita teruskan,” ujarku sambil melempar dadu.
Tapi kok auranya jadi aneh gini sih? Donghae dan Yesung terdiam. Shindong yang tadinya asik ngemil juga menghentikan hobinya itu. Di dorm, kami memang hanya berempat, yang lain sedang sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing.
Sekarang mereka bertiga sedang menatapku.
“ Mworago? Kalian aneh sekali, kenapa menatapku seperti itu?”
“ Marhaebwa, kau ini Elf ya?” tanya Yesung dengan muka serius.
Wah, kenapa nih, apa mereka tidak suka jika ada Elf di dorm mereka? Apa mereka takut aku akan menjadi mata-mata untuk mengintai kegiatan mereka di dorm? Aku menelan ludahku. Tiba-tiba saja perasaanku jadi nggak enak begini.
“ Oppa, sebenarnya… ya, aku ini Elf. Tapi aku janji nggak akan berbuat macam-macam dan nggak akan kecentilan. Kalian kan udah bantu aku. Suer!”
“ Aduh, kenapa kamu seperti ketakutan seperti itu, kami kan hanya bertanya, Lani-ssi. Lagipula kami senang sekali jika kamu adalah Elf. Dari kemarin kami bertanya-tanya sendiri dan merasa sedikit sedih jika kamu bukan Elf.” Donghae mengacak-acak rambutku.
“ Eh,eh, aku ambil dulu fotoku ah, mau kutandatangani dan kuberikan padamu untuk kenang-kenangan,” ujar Yesung yang kemudian masuk kekamarnya.
Dia serius dengan ucapannya karena dia memberiku selembar fotonya bersama Ddangkoma plus sebuah tanda tangan di baliknya.
Buat Lani-ssi dari orang paling cute. Haha, dasar Yesung narsis!
Kukira hanya Yesung yang bernarsis ria, ternyata Donghae dan Shindongpun terburu-buru naik ke atas untuk mengambil foto mereka di kamar masing-masing dan tak lupa menandatanganinya juga.
Untuk Lani-ssi dari cowok paling seksi.^_^. Shindong.
Lani-ssi yang cantik. Dari pangeranmu, Prince Aiden Lee. ( Nah, yang satu ini yang buat aku melting)
“ Oppa-oppa, aku kan nggak minta. Tapi makasih banyak ya, hehe,” ucapku seraya memeluk ketiga foto mereka. “ Ngomong-ngomong, kalo oppadeul yang lain mau ngasih aku kayak beginian juga nggak ya?”, tanyaku menatap mereka.
“ Oh, aku sih bisa bantu mintain, tapi jawab dulu, siapa member suju yang paling Lani-ssi sukai? Pasti aku ya?” Lagi-lagi Yesung narsis dengan menunjuk dirinya sendiri.
“ Haish, Hyung narsis deh!” Shindong mendorong tubuh hyung yang lebih kecil darinya itu. Alhasil, Yesung hampir mencium lantai dan langsung melotot. Aku dan Donghae yang melihatnya hanya bisa tertawa.
“ Hm… siapa ya?,” bola mataku memutar ke atas, tanda aku sedang berfikir. Sebenarnya sih Lee Donghae yang paling kusukai, tapi kalo melihat Yesung yang tadi udah mati-matian narsis, aku nggak tega juga kalo akhirnya harus membuatnya jadi ledekan Donghae dan Shindong. Apalagi kalo yang lain tau. “ Ah, nyerah deh! Itu pertanyaan paling sulit, sumpah, aku mencintai kalian semua!” jawabku sedikit berteriak.
***
“ Oppa, jangan menor-menor ya!”
Sekarang aku sedang menjadi korban ’penganiayaan’ Heechul dan Sungmin. Sejak ketahuan aku ini Elf, member-member gila ini bergantian menjahiliku.
Donghae menyuruhku memencet bel dorm yang ada di Star City ini dari lantai 11 sampai lantai 15. Gilanya, tanpa lift alias harus lari-lari lewat tangga. Katanya itu mengingatkannya akan masa kecilnya yang sekarang jelas banget nggak boleh dia lakuin.
Shindong mengajakku lomba makan. Yang kalah harus merelakan jatah makan malamnya untuk sang pemenang. Oh my god, jelas aku kalah dan alamat kelaparan deh malam ini.
Yesung. Dia menyuruhku menirukan binatang kesayangannya, Ddangkoma. Aku diharuskan merayap di lantai. Orang stress, benar-benar gila. Untung ada Ryeowook yang menyelamatkanku dari kegilaannya. Ryeowook emang the best deh, dia nggak ikut-ikutan gila seperti hyung-hyungnya.
Tapi magnae yang satu ini malah kebalikan dari Ryeowook yang aku sayang, siapa lagi kalo bukan Kyuhyun! Dia menantangku maen starcraft. Aku mana tau cara maen game ini, yang kubisa paling maen the sims atau sejenisnya. Akhirnya aku kalah dan dia memaksaku untuk mengganti kaos kaki yang sedang kupakai dengan kaos kaki bekas pakai milik Eunhyuk yang baunya khas itu. Padahal awalnya nggak pake taruhan kok!
Dan sekarang aku sedang didandani oleh dua putri dari Super Junior. Heechul dan Sungmin sedang ingin difoto bertiga denganku ala geisha. Haha, tadi aku bilang jangan menor-menor? Mana ada geisha yang nggak menor.
Lihat aja kalo Leeteuk pulang, akan kulaporkan perbuatan kalian semua padaku!
***
Hari keduaku bersama orang-orang istimewa yang gila…
Pagi-pagi sekali sudah ada yang mengetuk pintu kamarku. Ups, maksudku kamar Donghae. Dengan mata yang masih menyipit menahan kantuk, kulihat jam di ponselku. Baru jam 5 pagi. Siapa sih, tumben sepagi ini sudah ada yang bangun?
Malas-malasan kudekati pintu dan membukanya sedikit. Nggak kuat, aku menguap lebar-lebar pertanda aku masih ngantuk berat, tapi cepat-cepat kututup mulutku saat mataku menangkap sosok di depan kamarku. Ups, maaf, kamar Donghae. Aduh, memalukan sekali memperlihatkan gaya kuda nilku di hadapan laki-laki yang nyaris sempurna ini!
Siwon hanya menahan senyumnya melihatku. Oh ya, aku lupa kalo oppa yang satu ini lagi tidur di dorm, nggak pulang ke rumah kayak biasanya.
“ Waeyo, oppa? Pagi-pagi udah stand by disini,” aku mencoba mengalihkan perhatiannya agar melupakan tingkahku barusan. Aih, aku masih merasa malu, kalau member yang lain melihat mungkin aku nggak akan semalu ini.
“ Kamu nggak liat nih aku udah rapi begini?”. Tangannya bergerak naik turun agar aku memperhatikan penampilannya. Dia tetap tampan meski hanya memakai celana training abu dan jaket biru muda.
“ Liat. Oppa mau jogging kan? Trus kenapa?” tanyaku sambil merapikan rambutku yang acak-acakan dengan jari. Maklum, aku belum sempet menyisir rambutku.
“ Kamu temani oppa jogging!” jawabnya. Lebih tepatnya, dia memerintahku.
What? Jogging? Di pagi buta dan sedingin ini? Baru memikirkannya saja aku udah merinding kedinginan.
“ Ssireo! Dingin banget gini, aku paling malas olahraga!” tolakku.
“ Yak! Kemarin kan aku belum ngasih kamu ‘tugas’”
Waduh, terusan tugas aneh yang kemaren? Capek deh…
“ Tapi…”
“ Nggak ada tapi-tapian! Lagipula olahraga nggak menyiksa kok. Percaya deh, abis jogging pasti badan kita akan terasa hangat, nggak akan kedinginan…” ujarnya memulai ‘kultum’ pagi.
Oke, kata Heechul kalo Simbanya ini udah mulai ceramah, kudu buru-buru distop.
“ Arasseo, oppa, chakkamanyo! Aku cuci muka trus ganti baju dulu. Lima menit siap!” aku memotong perkataannya, lalu beranjak ke kamar mandi.
***
Sehabis jogging…
Ternyata benar apa kata Siwon, meski jogging di tempat yang sangat dinginpun pasti setelahnya akan terasa hangat. Badanku juga segar banget. Sepulangnya dari jogging aku tidak langsung ke dorm 12, tapi ke dorm 11. Tepat dugaanku, lagi-lagi Ryeowookku sedang asyik di dapur. Bedanya, kali ini ada Sungmin. Ternyata pinky boy satu ini tidak ingin ketinggalan acara memasak seru seperti kemarin. Tapi dia tetap manyun pagi ini. Masalahnya, aku datang saat mereka menyelesaikan resep terakhir jadi aku tidak ikut memasak. Gagal deh rencananya untuk pamer kehebatan memasaknya di depanku.
“ Haha, mianhaeyo Sungmin oppa! Ntar siang aja aku minta ajarin bikin bubur pumpkin ya? Denger-denger oppa paling top bikin bubur satu itu. Ntar gantian aku ajarin oppa bikin kolak pumpkin, gimana?” tanyaku membujuknya. Berhasil. Sekarang dia menjadi antusias mendengar rencanaku untuk nanti siang. Dengan penasaran juga dia bertanya apa itu ‘kolak’.
Pagi ini kami sarapan dengan sangat berisik. Shindong tak henti-hentinya menyuruhku mengambilkan makanan untuknya. Gilanya, satu persatu dari mereka minta disuapi satu suapan. Mereka benar-benar manja. Aku serasa jadi eomma mereka.
Setelah sarapan, mereka kembali ribut saat bersiap-siap untuk pergi ke gedung SMent. Apa setiap hari mereka seribut ini? Tanyaku dalam hati. Geli sekali rasanya melihat mereka setiap hari, ada saja tingkah mereka yang menghiburku.
Aku memang Elf yang sangat beruntung di dunia!
***
“ Aduh, pegel banget gue!!”
Kubaringkan tubuhku di sebuah sofa panjang satu-satunya di dorm ini. Luar biasa sekali rasanya membersihkan 2 dorm sekaligus. Cape gila!
Hari ini aku sendirian di dorm, jadi bingung juga mau melakukan apa. Mau maen game yang ada di laptopnya Kyuhyun, selain aku nggak bisa, aku juga takut si evil itu ngamuk. Mau ngemil snacknya Shindong, wah bisa-bisa dismack down sama body aduhainya itu. Mau maen sama Ddangko brothers, kayaknya mereka ogah keluar cangkang. Maen sama para anjing, hi… aku takut anjing. Kalo kucing-kucing yang cantik kayaknya lagi ada jadwal ke salon, meni pedi gitu deh.
Jadi kuputuskan untuk membersihkan dorm 11 dan 12 aja, sekalian mengintip kamar-kamar disini satu persatu, lumayan buat oleh-oleh cerita sepulangnya ke Bandung. Hehe, sambil menyelam minum air lah!
“ Ireona, Lani-ssi!”
Kurasakan seseorang mengguncang halus bahuku. Oh, ternyata aku ketiduran. Kulirik laki-laki yang duduk di lantai di samping sofa yang kutiduri, seketika juga aku terlonjak kaget dan menegakkan tubuhku untuk duduk.
“ Aish, oppa mengagetkanku saja! Sejak kapan oppa pulang?” tanyaku sambil mengusap daerah sekitar bibirku. Siapa tau aku ngiler, kan gengsi juga kalo beneran iya.
Donghae melihat jam di pergelangan tangannya,” Kurasa setengah jam yang lalu aku udah disini,” dia menunjuk tempat dimana dia duduk sekarang.
“ Mwo? Berarti aku tidur…”
“ Aku liatin”
Wajahku memanas. Pintar sekali dia membuat perempuan di dekatnya ini malu. “ Oppa nggak ada kerjaan banget sih!”
“ Emang! Aku bosan. Sekarang aku laper banget, buatin makanan dong! Kita makan bareng-bareng ya!” perintahnya.
Dengan patuh aku pergi ke dapur menyiapkan makanan untuk kami berdua. Baru kusadari kalau aku juga belum makan siang, padahal sekarang udah sore.
Sambil makan aku mencuri-curi pandang ke arah Donghae yang sedang menyuapkan sesuap nasi ke mulutnya. Tak pernah kubayangkan aku akan makan berdua seperti ini dengan idolaku. Rasanya sungguh menakjubkan, ribuan kali terasa menyenangkan daripada sebuah candle light dinner di sebuah restoran mewah. Hatiku benar-benar melayang. Tapi aku harus menahan perasaanku, jangan sampai dia merasa ilfil jika melihatku tiba-tiba kecentilan padanya.
“ Kalau ada sesuatu, omongin aja. Jangan melirikku seperti itu!” ucapnya di sela kunyahannya.
GLEK!
Aku kesusahan menelan makanan di mulutku. Ketahuan, padahal sepertinya daritadi Donghae menunduk dan focus pada makanannya. Ah, tanggung, sekalian aku mau tau reaksinya kalo aku jujur bahwa aku paling mengaguminya dibandingkan yang lain.
Kuletakkan sendokku di samping mangkok nasiku dan kutatap Donghae dengan terang-terangan, tidak sembunyi seperti tadi.
“ Wae?” tanyanya ikut-ikutan meletakkan sendok.
“ Oppa, jangan marah ya! Tapi… aku boleh nggak bersikap seperti Elfish lain yang antusias kalo ketemu oppa.? Soalnya aku paling ngefans sama oppa. Ya? Ya? Sebentar aja kok, abis itu aku akan bersikap seperti biasa lagi. Jebal…” mohonku.
“ Maksudnya apaan? Aku nggak ngerti,” Donghae menggaruk kepalanya yang nggak gatal. Mungkin kebingungan dengan kata-kataku.
“ Gini, coba sekarang oppa nyanyiin My Everything, tapi reffrainnya aja,” perintahku.
Meski sedikit heran, tapi dengan patuhnya dia menuruti perintah anehku. Aku memang Elf yang kurang ajar, masa memerintah seenaknya aja, hehe. Dia mengatur nafasnya lalu mulai bernyanyi. Suara indah yang selalu kukagumi mulai masuk ke gendang telingaku. “ You are my everything, nothing your love wont bring. My life is yours alo…”
“ Kyaa! Oppa, saranghae!” aku berteriak histeris memotong nyanyiannya. Dia sampai melongo kaget melihat tingkahku. Tak peduli, aku langsung menggenggam tangannya erat, mencubit halus kedua pipinya, terakhir memeluk tubuh tegapnya. Bisa kucium wangi parfum dan keringatnya yang menyatu.
“ Udah” ucapku melepaskan pelukan, lalu memasang tampang datar. Kemudian aku kembali ke tempat dudukku semula, mengambil sendok dan meneruskan makanku yang sempat tertunda.
“ Ahahaha,” kudengar dia tertawa keras hingga memegangi perutnya, “ kau ini lucu sekali! Persis Heechul hyung, bisa memasang berbagai ekspresi secara bergantian”
“ Oppa jangan ketawa dong, aku jadi malu tau! Tapi gomawo, oppa nggak marah” ucapku sambil mengusap pipiku yang terasa hangat. Bisa kupastikan wajahku memerah menahan malu.
Donghae menyelesaikan tawanya dan mulai menyuapkan nasinya kembali, “ Buat apa aku marah pada Elfish yang sangat kusayangi? Aku malah berterima kasih karena kau sudah jujur dan menyukaiku”
***
Suasana di dorm malam ini sungguh ramai.
Lengkap sudah pemandangan indah yang menjadi idaman para Elf sedunia. Kini mereka ada di hadapanku. Sekali lagi kukatakan, aku adalah Elf yang paling beruntung di dunia! Hehe…
Sejam lalu, Mimi Gege dan Mochinya datang bersama dari Taiwan. Besok rencananya Super Junior M akan tampil di Music Bank. Ternyata aslinya, Henry, si bungsu ini benar-benar imut, melihatnya jadi mengingatkanku sama adikku yang masih di TK. Dan Zhoumi, sebisa mungkin aku tidak ingin berdiri di dekatnya. Sumpah, tinggi banget! Aku yang cuma punya tinggi semeter setengah pas, serasa jadi kurcaci aja di sampingnya. Padahal jika berada di dekat Siwon yang juga tinggi, aku nggak merasa seminder ini.
“ Cheers!”
Kami mengangkat gelas soju kami tinggi-tinggi, tapi setelah gelas beradu dan mereka meminum isi gelas masing-masing, aku menyikut Ryeowook yang ada disisiku. Tanpa bertanya dia mengambil gelas di tanganku lalu meminumnya.
Sebelumnya, kami berdua memang dapet tugas untuk membeli berbotol-botol soju di supermarket yang ada di lantai dasar gedung. Dan selama perjalanan, aku bercerita bahwa aku tidak bisa minum soju. Ryeowook mengerti, bahkan dengan perhatiannya dia malah mengambil dua kotak susu cokelat. Pilihannya tepat sekali, susu cokelat memang kesukaanku.
Aku memisahkan diri ke balkon dorm. Sebenarnya di luar, udara malam benar-benar dingin, tapi daripada harus bertahan di dalam dan mencium bau soju, lebih baik mencium udara yang mendinginkan paru-paru saja. Sedangkan untuk naik ke dorm atas, aku merasa nggak enak hati. Kami kan sedang berpesta, setidaknya dari balkon aku masih bisa melihat kegiatan mereka bersenda gurau.
Kuketatkan mantelku, kurapikan topi rajut yang kupakai dan mulai membuka kotak susu yang sebelumnya sudah kuhangatkan di microwave. Saat itu kudengar kaca balkon terbuka. Donghae dan Eunhyuk keluar. Tangan mereka penuh dengan makanan dan minuman.
“ Lho, kok?” tanyaku heran melihat mereka menjatuhkan barang bawaan mereka ke lantai.
“ Kalau memang Elf, kau pasti tau aku dan Donghae nggak kuat minum,” jawab Eunhyuk yang duduk di sebelah kananku.
“ Oh, ne, arasseo”
Donghae duduk di depanku. Tangannya meraih sebuah kotak susu stroberi, cepat-cepat kurebut kotak itu. Kubuka dan kukembalikan padanya lagi. Kubuka juga kotak susu stroberi milik Eunhyuk. Mereka berterima kasih dan tersenyum padaku. Manis sekali.
Di balkon ini, kami bertiga mengobrol tentang berbagai hal. Tidak mempedulikan orang-orang di dalam yang mengajak kami untuk kembali bergabung. Sesekali, Donghae dan Eunhyuk bergantian menyanyi untukku. Kuminta mereka sekalian menari, tapi karena ukuran balkon tidak terlalu lebar, mereka berdua hanya menggoyang-goyangkan badan, tangan, dan kepala mereka.
Twinkle, twinkle little star…
Samar-samar kudengar alunan boom-boom di antara I wanna love you yang sedang dinyanyikan live di depanku. Awalnya aku berusaha agar lebih jelas mendengar lagu boom-boom, siapa tau itu deringan ponselku. Tapi nyanyian di dekatku lebih menarik. Meski nggak hafal liriknya, aku ikut bergumam nggak jelas bersama Donghae dan Eunhyuk.
“ Noona,” seseorang menepuk pundakku halus. Aku menoleh dan Kyuhyun menyerahkan handphoneku, “ ada yang menelponmu”
“ Oh, gomawo Kyuhyun-ssi,” aku mengambil handphoneku dari tangannya. Tanpa kulihat layarnya, kutekan tombol hijau. “ Halo,” sapaku dalam Bahasa Indonesia. Kulihat Donghae dan Eunhyuk mendekat. Kyuhyun juga iku-ikutan hyungnya. Mungkin penasaran ingin mendengarku pake bahasa yang asing bagi mereka.
“ Halo, dengan nona Lani Arliani?” Tanya seseorang di seberang sana.
“ Ya, saya Lani. Ini siapa?” aku balik bertanya. Dadaku berdebar. Apa ini dari travel agenku?
“ Saya Park Hyun Sook, pemandu anda…”
Bener! Apa dia akan memberikan kabar gembira?
“ Oh iya, Aa Hyun Sook,” Sumpah, aku ingin ketawa saat ngomong itu. Jadi inget sama Nadia dkk. “ Ada apa, a? apa sudah ada kabar kepulangan saya ke Indonesia?” tanyaku penuh harap. Aku memang senang dan betah tinggal sementara disini, di kelilingi oleh cowok-cowok tampan dan terkenal, tapi untuk tinggal selamanya? Aku pasti merepotkan mereka, lagipula aku rindu Bandung.
“ Iya, nona Lani. Rencananya besok rombongan wisatawan dari Indonesia akan pulang. Jadi saya menyertakan nona dalam kepulangan rombongan kali ini. Apa saya boleh tau sekarang anda menginap dimana? Biar besok sopir menjemput anda,” jelasnya.
Apa? Tempat menginap? Apa harus kukatakan aku menginap disini. Nggak, mereka jangan tau.
“ Maaf, sepertinya besok saya langsung tunggu di bandara saja. Lagipula saya sudah lebih mengenal jalan menuju bandara, jadi kemungkinan tidak akan tersesat. Ngomong-ngomong pukul berapa jadwal kepulangannya?”
“ Sama dengan rombongan anda dulu. Tapi saya minta anda harus sudah ada di bandara sebelum pukul tiga.”
“ Ah ya, saya mengerti. Terima kasih banyak untuk bantuannya”
Meskipun tidak terlihat oleh Park Hyun Sook, tapi aku tetap membungkukkan badan. Telpon terputus. Aku menatap layar handphoneku dengan mata berkaca-kaca. Akhirnya, besok aku bisa pulang. Hatiku benar-benar senang sampai terharu seperti ini.
“ Lho, kamu kenapa menangis Lani-ssi?” tanya Eunhyuk. Suaranya terdengar khawatir.
“ Iya, noona, wae? Siapa yang menelponmu?” Si magnae yang biasanya jailpun ikut-ikutan khawatir.
“ Wah, ternyata Lani-ssi jago sekali berbahasa asing! Bahasa Indonesia lagi. Aku aja nggak ngerti…” yang ini suara Donghae.
PLAK!
Dengan mulusnya sandal boneka Eunhyuk mendarat mulus di kepala Donghae, “ Paboya! Jelas dia bisa Bahasa Indonesia, dia kan orang Indonesia!”
“ Ish, kenapa aku punya hyung yang bodohnya nggak ketulungan?” Kyuhyun mengikuti Eunhyuk mencecar Donghae.
“ Aro! Aro!” Donghae mengusap kepalanya yang kesakitan akibat pukulan Eunhyuk tadi, “ Aku cuma pura-pura tau! Hanya untuk menghibur Lani-ssi,” ucapnya membela diri.
Aku tersenyum melihat tingkah Eunhae dan Kyuhyun yang cukup menggelikan di mataku. Tanganku terulur untuk mengusap kepala Donghae.
“ Nah kan benar! Dia tersenyum,” ujar Donghae antusias.
Tanpa berkata apapun aku langsung memeluk ketiga cowok di dekatku ini.
“ Wae? Waeyo?” tanya mereka bersamaan saat kupeluk tiba-tiba.
“ Gomawo Hae oppa, Hyukjae oppa, Kyuhyun-ssi,” ucapku, kemudian aku melepaskan pelukanku dan mencium pipi mereka satu-satu. Mereka tambah kebingungan. Tapi aku tidak mempedulikan kebingungan mereka dan langsung beranjak masuk ke ruangan dimana Super Junior sedang berpesta.
“ Oppa! Oppa! Besok aku sudah bisa pulang ke Indonesia, kyaa… senangnya!” teriakku sambil menyeruak masuk untuk bergabung bersama mereka. Aku duduk mendesak diantara Leeteuk dan Heechul.
“ Jinja? Syukurlah” ujar Leeteuk yang menyentuh puncak kepalaku. Hangat sekali rasanya.
“ Ne. Tapi kalo dari sini naik taksi ke bandara mahal nggak ya? Kalo naik bis aku takut kesasar,” tanyaku. Tanganku mencomot Deokbeoki pedas milik Shindong tanpa izin, membuatnya melotot nggak suka. Aku cuma nyengir.
“ Lho, noona nggak dijemput sama pemandumu?” tanya Ryeowook.
“ Oh!” aku mengangguk. “ Tadinya dia mau nyuruh sopir menjemputku, tapi kayaknya nggak enak juga kalo mereka menjemputku di dorm kalian. Jadi kuputuskan untuk pergi sendiri saja ke bandara,” jelasku. Kini aku mencomot sepotong pizza milik Zhoumi. Bedanya dengan Shindong yang sewot, Zhoumi hanya tersenyum. Malah dia menyerahkan kaleng colanya yang tinggal setengah. Aku balas tersenyum nggak enak, tapi nanggunglah, lanjutin aja bersikap nggak sopannya, toh ini malam terakhir, hehe…
Kutekan masuk potongan pizza, nggak tanggung-tanggung, semuanya kumasukkan ke dalam mulutku. Hasilnya, mulutku menggembung nggak karuan penuh dengan pizza. Aku berusaha mengunyahnya dan sialnya… susah banget! Kurasa mulutku terasa kram.
“ Aku ke kamar mandi dulu!” ucapku tidak jelas karena terhalang pizza yang belum hancur. Entah mereka ngerti atau nggak. Bodo amat, yang penting sekarang aku harus memuntahkan isi mulutku.
***
Si mochi memelukku.
“ Noona, padahal baru kemarin kita ketemu, sekarang udah harus berpisah,” ucapnya.
Aku tersenyum. “ Biarpun sebentar tapi aku merasa sangat bersyukur masih bisa bertemu kamu dan Mimi gege. Semoga nanti kalo adikku udah gede kayak kamu ya?! Imut banget sih!” aku mencubit pipi chubbynya, hal yang sangat ingin kulakukan saat pertama bertemu dengannya.
“ Akhirnya kau pulang juga, jadi entar nggak akan ada lagi yang gangguin makananku sembarangan. Aman!” Aku cemberut mendengarnya. Siapa lagi yang bisa berbicara tentang makanan selain Shindong. Uri Bernard Bear. “ Ahaha, bercanda Lani-ssi!” Dia tertawa lalu membenamkan tubuh kecilku ke dalam tubuh jumbonya.
“ Setelah sampai di Indonesia, sering-sering praktekin bikin bubur pumpkin ya! Kalo mau, Lani-ssi boleh kok ajarin ke temen-temen yang lain” Sungmin.
“ Foto-foto kami jangan dibuang ya! Apalagi fotoku sama Ddangkoma.” Yesung. Ya nggak akan lah, dikau ini sungguh aneh. Hanya pabo sarami aja yang mau membuang barang pemberian kalian. Bagiku semua itu harta karun.
“ Noona, susu coklat ini untukmu. Jadi sedih, mulai besok aku harus siapin sarapan buat hyungdeul sendirian lagi. Nanti sering share ke aku ya resep-resep makanan Indonesia yang noona buat!” Ryeowookku. Paling berat meninggalkannya. Dia kan orang yang paling dekat denganku. Kami sering bercerita banyak tentang berbagai hal.
“ Baru semalam kita mulai deket, kenapa harus pulang sekarang sih?”. Eunhyuk si handsome Monkey.
“ Noona, aku kan belum puas ngerjain noona!”. Kyuhyun. PLAK! Pendaratan mulus tangan sang leader terjadi di kepala magnae jail itu. Kyuhyun meringis.
“ Lani-ssi, jaga diri ya! Badanmu itu kecil, jadi harus banyak makan dan olahraga. Juga harus selalu dekat dengan Tuhanmu agar…mmpphh”, tangan Heechul membekap mulut Siwon. Takut-takut ceramahnya bakalan lama kemudian membuatku kembali ketinggalan pesawat.
“ Mianhae, oppa nggak bisa nganter kamu ke bandara. Terlalu sibuk di studio, oppa harus datang sebelum yang lainnya. Aduh, oppa serasa punya adik jika dekat-dekat denganmu,” Leeteuk memelukku lama sekali, sambil tangannya tidak henti-henti mengelus rambutku. Katanya dia memang paling suka mengelus rambutku.
“ Cheongmal gomawo, Teukie oppa! Ternyata oppa lebih dewasa daripada yang sering kulihat di tv. Aku juga serasa punya kakak .”
Acara peluk-pelukan berakhir. Aku membungkukkan tubuhku dalam-dalam. “ Makasih buat bantuan dan perhatian kalian selama ini. Aku janji akan selalu mencintai kalian, bahkan kupastikan cintaku akan bertambah dari waktu ke waktu.
“ Kajja, Lani-ssi! Nanti kita telat,” ajak Donghae. Tangan kanannya sudah meraih koperku dan menariknya keluar dari dorm.
“ Ne, Hae oppa! Oppadeul, Wookie, Kyu-ssi, dan Henry, aku pasti akan merindukan kalian semua,” ucapku sambil menyeka air yang membasahi pipiku. Entah sejak kapan aku mulai menangis? Air mata ini tiba-tiba saja mengalir tanpa kuperintah. Perpisahan ini emang terasa sungguh berat. Waktu kebersamaanku bersama orang-orang menyenangkan seperti mereka kurasa sangat singkat. Tapi aku harus pulang. Abi dan umi pasti mencemaskanku.
***
“ Jaga baik-baik kenangan dari kami ya!”
Tak bosan-bosannya kupandangi bros perak berbentuk bintang. Di tengahnya terukir huruf SJ yang terbuat dari permata imitasi. Kugenggam erat barang kenangan dari Super Junior ini. Hatiku sesak oleh perasaan haru. Mereka sungguh baik hati, padahal selama 3 hari ini aku sudah ikut menumpang dan merepotkan mereka.
“ Ini adalah bros yang rencananya akan kami berikan untuk Elf beruntung di Seoul. Semalam kami memutuskan untuk memberikannya satu untukmu. Sebagai kenang-kenangan,” terngiang kembali kata-kata Heechul saat memberikan bros ini untukku.
“ Tau nggak, Lani-ssi? Kami membuat bros ini hanya 10 buah lho!” ujar Donghae yang mengangkat kedua tangannya, memperlihatkan 10 jarinya di depan mataku.
“ Gamsahamnida Chullie oppa, Hae oppa, dan… Zhoumi oppa!” aku memeluk mereka bertiga. “ Nanti Super Junior harus sering-sering ke Indonesia ya! Aku janji akan selalu menonton konnser kalian. Kalo aku yang kesini lagi, butuh waktu yang lama buat ngumpulin uangnya, hehe”
“ Ne, arasso, akan kami usahakan untuk memasukkan Indonesia dalam konser-konser kami nanti”
“ Gomawo, gomawo! Akan kutunggu kalian disana!”
Aku menggenggam tangan Heechul dan Donghae. Rasanya berat sekali untuk melepaskan tanganku dari tangan mereka. Secara ini genggaman terakhirku.
“ Itu, kamu harus cepat-cepat bergabung dengan rombonganmu. Lagipula kami harus menyusul ke studio, kami harus berlatih dance untuk MV terbaru kami”
“ Oh, ne, aro…” akhirnya terlepas juga. Aku berpindah ke Zhoumi dan menggenggam tangannya, “ Baru bertemu tapi sudah harus berpisah. Mannaseo bangapseumnida uri Mimi Gege!”
“ Nado, Lani -ssi”
Kusampirkan tas selendangku di bahu, tangan kiriku memegang koper, bersiap mendorongnya. Tangan kananku meraih tangan Donghae dan menciumnya. Dia terlihat kaget menerima perlakuanku. Aku cepat berujar menjawab keheranannya, “ Kebanyakan orang Indonesia memakai gaya ini bila mau berpamitan dengan seseorang”
“ Owh…” Donghae mengangguk-anggukkan kepalanya. Entah deh dia ngerti atau nggak.
Aku beralih pada Heechul dan Zhoumi lalu mencium tangan mereka juga. Mereka tersenyum dan mengacak-acak topi rajut yang kugunakan. “ Ya udah sana, hati-hati ya!”
“ Oh!” aku mulai berjalan menjauhi mereka. Saat pemeriksaan tiket dan paspor, aku berbalik dan melambaikan tanganku. “ Saranghae oppadeul!” teriakku.
Mereka membalas lambaianku.
Itulah terakhir kalinya aku melihat mereka secara langsung.
***
“ Apa buktinya kalo emang nggak bohong?”
Nadia melipat tangannya di dada. Wajahnya terlihat bĂȘte abis. Diseberangku, Aulia dan Silmi pun melakukan hal yang sama. Aku tertawa melihat mereka bertiga. Rupanya mereka tidak percaya apa yang sedang kuceritakan. Eh, tapi nggak jelas deh, tidak percaya atau memang cemburu? Ekspresinya nggak jauh beda jauhlah.
Kunaikkan tasku ke atas meja cafĂ© dan membukanya. Kukeluarkan tiga lembar foto yang kemudian kusimpan di depan mereka. “ Nih, foto mereka plus tanda tangannya, khusus kuminta untuk kalian bertiga. Kurang baik apa coba aku ini? Masih ingat pada kalian,” aku menyombongkan diriku.
Pada malam saat aku mendapat kabar kepulanganku, setelah memuntahkan pizza di mulutku, aku kembali bergabung dengan member Suju. Kulihat Zhoumi dan Henry memisahkan diri dan sedang berkutat dengan sesuatu. Penasaran, kudekati mereka yang ternyata sedang membubuhkan tanda tangan di balik foto mereka. Persis yang dilakukan hyung-hyung mereka kemarin. Katanya itu untukku. Lalu aku teringat pada Nadia dkk. Jadi kuminta saja semuanya untuk memberikan kenang-kenangan untuk ketiga teman baruku itu. Untungnya, dengan senang hati mereka memenuhi permintaanku.
Di dekatku, mereka bertiga berebutan melihat foto-foto yang kuserahkan. Setelah yakin kalo foto itu asli, mereka mengambil foto itu satu-satu.
“ Jadi serius teteh ketemu sama Suju?”
“ Ya iyalah! Kalo nggak percaya, sini balikin fotonya! Teteh pajang aja di kamar,” aku pura-pura sewot dan berusaha mengambil foto-foto itu kembali. Tapi tangan mereka ternyata cepat juga menyembunyikannya di belakang tubuh mereka.
“ Iya, iya, kita percaya kok! Makasih banyak ya, teh!”
Aku mengangguk sambil tersenyum melihat mereka yang bahagia sekali mendapat selembar foto dari Suju. Dalam hati aku tertawa. Sengaja tidak kuceritakan bahwa aku mendapat bros spesial dan 13 lembar foto mereka. Mulai dari Leeteuk sampai Kyuhyun, juga Henry dan Zhoumi. Dan pastinya selembar lagi adalah foto mereka semua.
Sekali lagi dan mungkin tidak akan pernah bosannya aku akan mengatakan…AKULAH ELF PALING BERUNTUNG DI DUNIA! HOW LUCKY I AM! Hahaha…* agak menyombong neh*
***
*THE END*
Abi :bapak –arab-
Umi :ibu –arab-
Teteh:kakak perempuan –sunda-
Aa :kakak laki-laki –sunda-